Dek, Tunggu Abang Ya. Please Ini Abang Sedang Bekerja Keras Untuk Nikahan Kita.



Ketika kita mencintai seseorang, mencintai sosok lawan jenis yang kita dambakan. Hal yang paling kita inginkan tentulah menikah dengannya. Namun menikah itu tentunya bukan seperti membalik telapak tangan. Tidak semudah memasak air hingga mendidih, atau semudah membuat mie instan dengan sedikit tambahan irisan bawang. Menikah perlu persiapan, perlu pula kematangan mental dan kesiapan fisik materi. #AhBanyakTeori

Ketika umur kita sudah menginjak dua puluhan, tentulah banyak yang mempertanyakan kapan kita menikah. Hal itu bukanlah pertanyaan yang asing lagi bagi kita. Pertanyaan itu bisa jadi seperti mentari yang terbit kala pagi, dan tenggelam terbenam kala sore. Ada saja yang mananyai kita hal seperti itu setiap harinya, atau bahkan setiap jamnya. Hehehe kalau setiap jam kebangetan. Intinya pertanyaan itu begitu menghujami terlinga kita hingga membuat darah kita mendidih. Mendidih ingin segera menikah. Ah namun
kapan, sementara rasanya diri ini belum siap. Belum siap segalanya rasanya. Seolah belum siap jadi suami, namun ingin sekali punya istri. Seolah belum siap materi, namun selama ini rejeki juga sudah dikasih terus sama Allah. Belum siap mental, lah selama ini juga berani ngerayu ngegombal. Belum siap jadi imam, hemmm ya nanti belajar bareng saja.

Ketika diri ini mencoba beralasan, namun juga seketika terbantahkan oleh diri kita sendiri. Mungkin sebenarnya kita memang mampu, kita bisa segera menikah. Eh namun nikah juga bukan sekedar mampu atau bisa-bisaan saja. Ada kalanya memang seseorang menunggu momen "yang pas". Ah kata yang pas ini lah yang sering kali menjadi ambigu dan tanda tanya. Yang pasnya itu kapan, hemmm  jawabnya malah berubah jadi kapan-kapan. Tetapi intinya memang bukan sekedar mampu, namun apakah memang dirimu sudah layak menikah? sudah layak menafkahi anak orang?. Emmm semua jawaban itu kamu sendiri yang tahu jawabanya.

"Dek, tunggu abang ya, Ini juga abang sedang bekerja untuk nikahan kita."

Semua orang memang berharap ketika momen pernikahannya itu akan menjadi momen yang spesial. Sehingga banyak orang yang bekerja keras demi untuk mensukseskan acara pernikahannya. Namun kerja keras bukan sesederhana itu, bukan untuk sekedar sukses tat kala pernikahannya. Namun juga setelah nikah bisa bahagia selalu.
"Gitu dek, makanya abang nggak buru-buru ngelamar kamu." #AhAlasanLagi
Memang kadang menikah itu juga tentang keberanian, keberanian untuk membuat sebuah keluarga. Apakah kita sudah berani untuk menjalaninya, apakah kita sudah berani untuk menjadi seorang suami. Hehehe padahal sudah dari dulu berani untuk dicintai dan disayangi, lah lalu kapan keberanian kita untuk menyayanginya dalam bahtera rumah tangga. Kita tentu salut dengan teman-teman kita yang sudah berani menikah. Mereka yang kondisinya kurang lebih sama seperti kita. Kita tentu juga ingin segera melaksanakan sunah rosul yang teramat mulia itu.
"Lalu kapan? keburu adek dilamar orang lho"
Ya semoga yang sudah berkeinginan untuk menikah, semoga bisa disegerakan dengan lancar dan barokah. Bukan karena hanya menuruti gengsi atau menghindari pertanyaan-pertanyaan para teman yang kita dengar. Namun memang karena kita sudah ikhlas untuk saling menyayangi dengan si dia. Biarlah banyak orang berkata apa, terpenting kita saat ini memang bukan sedang menunda-nunda menikah. Melainkan sedang bekerja keras mempersiapkan sebuah keluarga.
"Abang sedang memperjuangkan kamu dek, sabar ya." 

0 Response to "Dek, Tunggu Abang Ya. Please Ini Abang Sedang Bekerja Keras Untuk Nikahan Kita."

Post a Comment

BERLANGGANAN GRATIS VIA EMAIL

Dapatkan Artikel Terbaru Dari AJP Creations Melalui Email Anda. Jangan lupa cek kotak masuk di emailnya untuk mengaktifkan fitur pengiriman, setelah klik berlangganan di bawah ini.