Filosofi Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya, Bagaimana Jika Menggelinding Jauh?

Sumber gambar : https://gsella.wordpress.com

"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya."

Begitulah kiranya sebuah peribahasa yang sering kita dengar. Sebuah peribahasa yang sering diartikan bahwa sifat, kemampuan dan perilaku sang anak akan tidak jauh beda dari orang tuanya. Sifat orang tua sedikit banyak akan menurun kepada orang tua. Hingga seseorang terkadang akan mewajarkan dan memaklumi bahwa kondisi seorang anak itu karena bawaan lahir dari orang tuanya. Bisa juga bukan karena bawaan lahir, namun karena kebiasaan yang terjadi di lingkup keluarga tersebut.

Dari peribahasa sederhana itu kita bisa mengambil kesimpulan sederhana. Bahwa kehidupan orang tua akan sangat mempengaruhi sang anak. Ia seolah menjadi cermin yang dipantulkan secara alami. Menunjukkan bagaimana sifat dan kebiasaan sang orang tua dalam mendidik dan merawatnya. Seorang anak menjadi suatu penilaian tersendiri bagi masyarakat bagaimana orang tuanya itu dikira-kira. Maka dari itu, tidak lain sebagai orang tua harus bisa mendidik anak dengan sebaiknya. Namun semuanya itu bukan karena mutlak bawaan lahir, sifat dan perilaku itu berkembang seiring perjalanan waktu yang di alami sang anak. Bagaimana ia dirawat, bagaimana ia dibesarkan, bagaimana ia mengenal nilai dan norma yang sering dilihat dan dipahaminya.


"Bagaimana jika buah jatuh, namun menggelinding jauh dari pohonnya.?

Bisa jadi sebuah pohon tidak menjatuhkan buahnya tepat di bawahnya, karena ternyata buah itu menggelinding jauh dari pohon itu berada. Hal itu bisa terjadi jika tanah tempat pohon itu berpijak memiliki kemiiringan, buah pun menjauh dari pohon tempatnya menjadi buah. Seorang anak bisa saja jauh sekali sifatnya dari orang tua, ia seolah sangat kontras dengan orang tuanya. Bisa jadi itu memang karena faktor lingkungan. Lingkungan yang bisa membuatnya sangat berbeda. Ia menjadi menggelinding jauh tanpa terkontrol, ia melaju ke arah yang tidak terduga. Tentu jika ia mengarah ke dalam kebaikan maka kita akan menjadi bangga. Jika sebaliknya, ia mengarah ke suatu hal yang buruk maka itu menjadi aib bagi diri kita sendiri.

Jadi sekalipun buah jatuh itu tidak jauh dari pohonnya. Meski seorang anak mempunyai sifat alamiah yang diturunkan oleh kedua orang tuanya. Namun tatkala sudah jatuh itulah maka nasib buah tersebut akan dimulai kembali. Ia tetap menjadi sosok yang sama seperti kedua orang tuanya. Ia bisa menjadi lebih baik, ia bisa menjadi lebih buruk. Nantinya itu terserah bagiaman diri kita bisa mengarahkannya. Pengawasan dan pendidikan itu penting, agar sang anak tetap bisa menjadi sosok kebanggan orang tua.

0 Response to "Filosofi Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya, Bagaimana Jika Menggelinding Jauh?"

Post a Comment

BERLANGGANAN GRATIS VIA EMAIL

Dapatkan Artikel Terbaru Dari AJP Creations Melalui Email Anda. Jangan lupa cek kotak masuk di emailnya untuk mengaktifkan fitur pengiriman, setelah klik berlangganan di bawah ini.