Filsofi Kacamata



Kali ini AJP akan membahas tentang pelajaran yang bisa diambil dari sebuah kacamata. Ada makna yang begitu filosofis dari sebuah kacamata. 

"Warna dari sebuah kacamata akan mempengaruhi seseorang dalam melihat suatu benda."

Kita tentu mengetahui bahwa banyak orang yang suka memakai kacamata, entah itu kacamata untuk alat bantu melihat atau memang hanya sekadar sebagai aksesoris diri. Kacamaa memiliki berbagai warna, ada yang berwarna hitam gelap, ada yang hitam biasa, ada yang memang bening serta ada pula yang memiliki warna-waran khusus yang lain.  Hal itulah yang memberikan pelajaran bagi kita, sederhananya seperti kisah singkat di bawah ini.

Ayah : "Nak, ini ayah punya kacamata baru buat kamu."
Anak : "Ayah, kenapa semuanya jadi terlihat berwarna biru ayah. Kenapa tidak seperti biasanya."
Ayah : "Oh itu, itu karena kacamatanya berwarna biru sayang."
Anak : "Ternyata seperti itu ya Yah, jika kacamata yang kita pakai berwarna biru. Maka semua akan terlihat biru."

Bagaimana, sudahkah anda menyadari pesan sederhana dari kisah
di atas. Kisah di atas memberikan pelajaran pada kita tentang warna yang kita miliki dalam melihat dunia. Mungkin dari awal kita memiliki pandangan sendiri atau prinsip tersendiri. Hal itu bisa jadi membuat kita berpandangan tentang banyak hal berdasarkan prinsip yang kita punya. Seperti kisah di atas, jika kacamata yang kita pakai itu berwarna biru maka semuanya seoalah menjadi warna biru. Begitu juga mungkin jika warna kacamata itu berubah menjadi merah, maka semuanya akan terlihat menjadi merah.

Mungkin saat ini kita bisa menyadarinya, tentang bagaimana kita melihat berbagai persoalan di lingkungan kita atau mungkin di negera kita. Sering kali banyak yang berkonflik dan bersebelahan pendapat hingga berlarut-larut. Mungkin saja di antara mereka sudah memakai kacamata yang berbeda warna antar satu dengan yang lain. Ada yang berwarna merah, ada yang berwarna hijau, ada pula yang mungkin warna-warni. Serta parahnya, mereka tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Karena menganggap bahwa pendapat mereka itulah yang paling benar. Namun sering kali kita atau banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa semua itu karena adanya sebuah kacamata yang tepat berada di depan cara pandang kita. Kita sudah terlanjur menganggap semua telah berwarna seperti yang kita lihat. Makanya mungkin sering kali seseorang berbeda pendapat dengan kita, atau sebaliknya.

Filosofi dari kacamata berikutnya, mari kita simak cerita singkat berikut ini :

Anak : "Ayah mengapa rumah temanku itu terlihat begitu kotor ya."
Ayah : "Rumah yang mana sayang?" tanya sang ayah keheranan.
Anak : "Rumah yang itu ayah, yang  tepat di depan kita"
Ayah : "Yang itu!" sang ayah bertanya balik sambil menunjuk jarinya, sambil memperhatikan rumah yang dilihat anaknya. Namun menurutnya rumah itu begitu bersih.
Anak : "Iya yah."
Ayah : "Coba kamu lepas kacamatamu sayang." Sang ayah melepas kacamata sang anak lalu mengelapnya.
Anak : "Loh kok rumahnya jadi bersih Yah?"
Ayah : "Oh itu tadi karena kacamatamu yang tadi ada debunya, jadi rumah temanmu terlihat kotor."
Anak : "Oh begitu ya Yah, terima kasih telah membersihkannya Ayah."

Di dalam kisah singkat tersebut kita bisa mengambil pelajaran berharga lagi, bahwa jika kacamata yang kita pakai itu kotor maka niscaya apapun yang kita lihat akan nampak kotor. Ternyata yang kotor itu bukan apa yang kita lihat, namun sesuatu dalam diri kita yang ternyata ada yang kotor. Beginilah yang sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Mungkin kita bisa mengakui pada diri sendiri, bahwa kita pernah mengalami hal tersebut dikarenakan kita yang dari awal sudah berpikiran negatif. Kita sudah berburuk sangka terhadap sesuatu atau seseorang. Akhirnya kita pun berpendapat yang sedemikian rupa buruknya. Ternyata keburukan itu adalah pada diri kita sendiri, kita yang sudah terlanjur melihat dengan kaca mata yang kotor.

Mungkin saja banyak di sekeliling kita yang saling bertikai saling bermusuhan, dan belum juga saling memaafkan. Barang kali mereka belum membersihkan kacamata milik mereka. Ada pada diri mereka sifat yang perlu dibersihkan, ada hati yang perlu dibersihkan, ada cara pandang yang harus dibersihkan. Agar memang yang kita lihat tidak semuanya nampak tidak bersih. Sering kali kita tidak menyadarinya, hal itu kita yang mungkin masih egois sendiri mengatakan bahwa kita sudah bersih dan orang lain itu yang tidak bersih. Ada kalanya kita mengintropeksi diri kita sendiri sebelum menilai orang lain. Sejatinya menyadari kesalahan sendiri itu lebih baik dari pada kita mencari kesalahan orang lain. Dengan membersihkan kacamata yang kita punya, niscaya dunia akan terlihat lebih indah. Berpikiran positif, berpikiran yang jernih, agar semuanya terlihat lebih enak dipandang. 

0 Response to "Filsofi Kacamata"

Post a Comment

BERLANGGANAN GRATIS VIA EMAIL

Dapatkan Artikel Terbaru Dari AJP Creations Melalui Email Anda. Jangan lupa cek kotak masuk di emailnya untuk mengaktifkan fitur pengiriman, setelah klik berlangganan di bawah ini.