Filosofi Cinta - Ibarat Cermin Yang Memantulkan Diri Kita Sendiri



Jika berbicara tentang cinta, seolah kata-kata memang tidak ada habisnya untuk bisa membahasnya. Hal itu karena memang begitu luasnya artian cinta itu adanya. Setiap orang juga punya banyak makna yang berbeda dalam mengartikannya. Setiap orang niscaya berharap bisa rasakan cinta dengan indah, indah yang bisa membahagiakan dirinya. Memberikan senyum dan tawa ketika merasakannya, bukan justru kesedihan ketika merasakan cinta itu ada.

Sering kali mungkin hati kita silih berganti terisi oleh seseorang. Berganti sosok yang satu dengan sosok yang lain sebelum akhirnya benar-benar menemukan cinta sejati kita untuk seseorang. Kita pernah merasakan perasaan dimana kita sering bertanya-tanya tentang siapa sosok yang sebenarnya mencintai kita. Apa sosok yang kita harapkan juga mencintai diri kita atau tidak. Kita memang tidak bisa mengetahui hal itu secara pasti, sebelum seseorang dengan jelas mengungkapkan perasaannya kepada kita. Bahkan ungkapan-ungkapan cinta terkadang juga ungkapan palsu yang hanya rayuan dan gombalan semata. Bukan yang sebenarnya tentang perasaan cinta.


Kita berfikir, siapakah orang yang akan mencintai kita. Siapakah sosok orang yang mau bersama kita. Siapakah sosok orang yang bersedia bersanding dengan kita. Seperti apa dirinya, apakah ia seperti yang kita harapkan atau tidak. Kita tentu berharap sosok yang bersedia mencintai kita adalah orang yang akan membahagiakan kita dengan segenap sifatnya. Kita tentu berharap sosok yang istimewa pula yang akhirnya merasakan cinta untuk diri kita. Hal itu karena kita juga berharap bahwa orang yang akan mencintai kita adalah sosok yang baik dan indah untuk menjadi jodoh kita. Berharap seperti itu tentunya wajar saja, karena kita memang berhak bermimpi dan berusaha mendapatkan sosok seperti itu.

Lalu seperti apakah sosok yang hatinya bisa tumbuh cinta, cinta yang terasakan untuk diri kita. Seperti halnya diri kita, orang lain juga akan memiliki ketertarikan hati untuk sesuatu yang menarik baginya. Ia juga mempunya batasan harapan dan kesadaran, kira-kira sosok seperti apa yang akan mau bersamanya. Kira-kira seperti apa sosok yang akan menerimanya. Apakah kiranya pantas dirinya untuk bisa bersanding bersama. Begitupun sama seperti kita, kita bisa melihat diri kita sendiri. Apakah diri ini yang seperti ini, kira-kira sosok seperti apa yang akan tertarik kepada kita. Tentu sesuatu yang mahal dan berharga akan menarik sosok yang istimewa pula. Begitupun sesuatu yang biasa saja cenderung untuk sosok yang biasa. Ibarat diri kita sendiri yang mengharapkan seseorang, kita tentu punya sesuatu perasaan kepantasan untuk dipilih dan memilih seseorang.

Seolah memang sosok yang akan mencintai kita adalah cerminan diri kita sendiri. Kita yang seperti apa sekarang, seperti itulah kiranya sosok yang tertarik hatinya untuk bersama kita. Kita tentu boleh berharap lebih tinggi, namun kita tahu bahwa kita tidak boleh bermimpi tanpa peduli kemampuan diri. Cinta yang ada memang seperti pantulan dari cinta kita. Kita yang memiliki cinta yang seperti apa, mungkin seperti itulah cinta yang akan kita dapatkan nantinya. Kita yang sudah berusaha seperti apa, mungkin dia yang seperti kita yang tengah tumbuh cintanya pada kita. Selagi memang masih ada waktu untuk berharap dan berusaha, mungkin diri ini tidak hanya sekadar terus bertanya tentang sosok yang akan menghadirkan cinta. Namun dengan semangat penuh percaya, menjadikan diri ini untuk pantas dicintai dan pantas untuk mencintai sosok pilihan kita.

0 Response to "Filosofi Cinta - Ibarat Cermin Yang Memantulkan Diri Kita Sendiri"

Post a Comment

BERLANGGANAN GRATIS VIA EMAIL

Dapatkan Artikel Terbaru Dari AJP Creations Melalui Email Anda. Jangan lupa cek kotak masuk di emailnya untuk mengaktifkan fitur pengiriman, setelah klik berlangganan di bawah ini.