Filosofi Cerita Rumah Bahagia


#1
Sebuah keluarga dengan rumah dinding bambu, sang istri bertanya,

Istri : Andai saja kita punya rumah berdinding tembok.
Suami : Memang aku belum bisa memberikan rumah berdinding tembok, namun yang penting aku bisa bersamamu selalu.

Setiap orang tentunya menginginkan mempunyai rumah yang lebih baik dan layak, hal itu adalah sesuatu yang wajar. Namun ada sesuatu yang terkadang tidak disadari, sesuatu yang lebih indah daripada sebuah bangunan. Hal itu adalah keberadaan orang yang disayangi di dalam rumah untuk bisa dilihat setiap harinya.

#2
Sebuah keluarga dengan rumah dinding tembok, sang suami berkata,
Suami : Andai saja aku bisa membangun rumah yang lebih luas buatmu.
Istri : Bukan itu yang paling membahagiakanku, percuma luas jika aku jarang bertemu dengamu.”

Ada kalanya kita menginginkan rumah yang lebih longgar dan lebih luas dari yang kita miliki sekarang. Memabayangkan jika rumah kita lebih luas, maka akan bertambah pula rasa nyaman. Namun percuma memang jika seluas apapun itu, jika kita tak bisa melihat orang yang kita sayangi di dalamnya.

#3
Sebuah keluarga dengan rumah yang luas, sang suami berkata,
Suami : Andai saja aku bisa mengisi rumah kita dengan berbagai perabotan.
Istri : Bukan itu yang paling buat rumah ini berisi, namun canda tawa semua keluarga yang terdengar di dalamnya.

Tak khayal kita menginginkan rumah kita bis kita penuhi dengan berbagai perabotan. Baik itu perabotan yang memang dibutuhkan, ataupun perabotan untuk menghias rumah. Namun yang terpenting bukan itu, seindah apapun perabotan yang ada. Tetap akan terasa hanya sebuah barang saja, jika tak ada cengkrama canda tawa di dalamnya niscaya rumah itu bak rumah kosong tanpa penghuni yang sangat sepi.

4#
Sebuah keluarga dengan rumah penuh perabotan, sang Suami berkata,
Suami : Andai rumah kita berlantai dua seperti tetangga sebelah.
Istri : Setinggi apapun rumah kita, tak ada artinya jika tak ada orang yang bercengkrama di dalamnya.

Terkadang kita berharap mempunyai rumah bertingkat megah, ingin mempunyai seperti orang lain bak istana dengan menjulang tinggi ke langit. Namun percuma, setinggi apapun itu jika kearkraban diantara anggota keluarga jarang terjalin di dalamnya. Hanya bangunan saja, tak ada keceriaan.

5#
Sebuah keluarga dengan rumah berlantai dua, sang Suami berkata,
Suami : Aku ingin membangunkan pagar megah di depan agar aman.
Istri : Keamanan dan kenayamanan sesungguhnya adalah ketika selalu ada dirimu di rumah.

Banyak sekali sekarang orang-orang yang berlomba-lomba mempertinggi pagar rumahnya. Ada yang beralasan untuk keamanan dan adapula untuk hal lain lagi. Seseorang di dalam rumah justru lebih merasa aman saat memang ada sosok keluarga yang ada menemaninya di dalam rumah. Justru terasa tenteram jika ada sosok hidup di dalamnya, tak sekadar besi yang menjulang atau tembok yang tak pernah bisa bicara.

#6
Sebuah keluarga dengan rumah berpagar megah, sang Istri berkata,
Istri : kapan pulang ke rumah sayang?
aku belum bisa pulang juga.
Suami : Aku juga sedang sibuk dengan pekerjaanku. Mungkin liburan nanti baru pulang.

Terkadang kita justru berlomba-lomba menumpuk uang dan membangun rumah kita sebagus-bagusnya, namun justru rumah itu jarang kita tempati. Kita terlalu sibuk, kita jarang sekali berada dirumah. Atau berada dirumah hanya untuk numpang tidur saja, setelah itup pergi dan sibuk lagi. Lalu sebenarnya apa yang kita cari?

#7
Sebuah keluarga dengan rumah megah, sang suami dan istri bercakap-cakap dalam perjalanan pulang.
Istri : Lihat rumah berdinding bambu itu, setiap kita lewat. Mereka selalu nampak bahagia bercanda di depan rumahnya.
Suami : Kenapa kita yang punya rumah lebih baik darinya, tak pernah bercengkrama seperti mereka?

Kita mungkin sudah menyadari bahwa kebahagiaan itu bukan ditentukan dari seberapa megah rumah kita, namun seberapa senyum tawa riang terdengar di dalamnya. Entah rumah kita seperti apa, sebagus apa, semewah apa, selengkap apa, seluas apa. Kebahagiaan di dalamnya tetap tak bisa dibeli dengan uang, tak bisa dibeli dengan barang-barang, tak bisa disuap dengan kemegahan. Bahagia itu memang berasal dari interaksi hati ke hati, kebersamaan di dalamnya.

0 Response to "Filosofi Cerita Rumah Bahagia"

Post a Comment

BERLANGGANAN GRATIS VIA EMAIL

Dapatkan Artikel Terbaru Dari AJP Creations Melalui Email Anda. Jangan lupa cek kotak masuk di emailnya untuk mengaktifkan fitur pengiriman, setelah klik berlangganan di bawah ini.